Thursday, June 22, 2017

Belajar Memasarkan Kue Kering (Berdasarkan Pengalaman)

Haaaay... Sudah lama ga posting, apa kabar? (berasa kayak ada yang baca aja yah...hahaha...) Beberapa hari lagi lebaran nih, alhamdulillah pesenan kue kering sudah selesai dibuat dan dikirim. Tinggal satu dua tanggungan aja yang belum selesai.

Tahun ini alhamdulillah jumlah pesenannya meningkat sekitar 30% dari tahun lalu. Meski tidak terlalu signifikan kenaikannya, tapi kami cukup kelabakan ngerjainnya karena oven yang digunakan hanya oven kompor ukuran 30x30. Cuma satu pulak ovennya. Nah, bayangin deh kapasitas oven, waktu panggang per loyang, dan target yang harus dipenuhi. FYI untuk manggang nastar/palm cheese saya butuh waktu 50 menit lebih sampai kuenya matang. Lama yaaaaa...

Mengenai target pesenan, awalnya kami hanya mematok di angka 90 toples sama seperti tahun sebelumnya (maklum, masih baker amatiran). Jumlah itu dirasa cukup untuk dikerjakan tanpa terburu-buru dan saya sudah bisa libur di minggu terakhir Ramadhan.

Target sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah bagaimana memasarkan produknya.  Googling pake keyword sistem reseller kue kering tapi ga ada yang memuat secara rinci cara apa yang diperlukan untuk menjual kue kering. Jadi sekarang saya terinspirasi membuat dokumentasi cara pemasaran kue kering, siapa tahu ada pemula seperti saya yang butuh infonya.

1. Cari reseller
Reseller selain dapat meluaskan pangsa pasar, ia juga memudahkan kerja tukang kue agar bisa fokus di dapur tanpa perlu repot memasarkan produk. Lagi manggang tapi masih pegang hp buat nyatetin orderan kan repot banget ya?

2. Sistem keuntungan reseller
Sempat bolak-balik menentukan sistem apa yang pas dan memudahkan kedua belah pihak, akhirnya balik lagi ke sistem sebelumnya yaitu: pembelian 10 toples baru dapat potongan harga reseller. Namanya juga masih pemula heheh...

3. Sedia tester
Nah ini harus sedia lumayan banyak apalagi kalo resellernya banyak. Untuk menekan biaya pengeluaran, kemarin dapat saran agar tester dibuat dalam ukuran mini dan dikemas satuan pake plastik sealed. Tester bisa dibagikan gratis atau dengan mengganti biaya produksi. Kemarin sih saya bagikan gratis untuk memudahkan reseller, tapi ga terlalu efektif jadinya karena ada tester yang malah dimakan sendiri oleh resellernya. Seperti tetangga belakang rumah yang juga memasarkan kue kering dan testernya malah habis dimakan suaminya. Kan jadi amsyong tukang kuenya, mau untung jadi buntung hahaha... Untuk tahun depan masih berat rasanya untuk membebankan biaya tester ke reseller, tapi kalau digratiskan ya ada resikonya. Jadi pilihlah trusted reseller kalau mau menggratiskan tester supaya ada hasilnya. Oh dan pelajaran lagi dari tetangga belakang rumah: kalau mau ekstra tester, you've got to pay!
Wow, panjang ya soal tester ini. 😀 Ya maklum, kemarin sempet khawatir biaya tester ga balik modal saking banyaknya bikin tester. 😂

Paket tester untuk reseller


Satu jenis kue di plastik ditulisi harga per toples

 4. Cek harga bahan baku
Ini penting banget. Update harga bahan baku mulai dari kemasan kecil (mis. 100 gr) sampai kemasan besar (kiloan) untuk meminimalisir kerugian. Akan lebih baik lagi kalau daftar pesanan sudah masuk di awal bulan puasa, jadi bisa langsung belanja sebelum harga-harga cenderung naik.

5. Tentukan harga jual
Silakan pakai rumus sendiri, tapi jangan lupa masukkan variabel biaya pegawai dan kemasan ke dalam harga jual. Jangan sampai di akhir bulan keuntungan yang didapat malah ga cukup buat menutupi keseluruhan biaya yang dikeluarkan.

6. Sedia kemasan dan stiker merk
Pikirkan kemasan yang cantik dan sedia jumlah kemasan yang cukup untuk pesanan. Kemarin kami sempet kebingungan karena kehabisan kemasan di tbk langganan.  Tapi alhamdulillah masih dapet kemasan di tempat lain. Jadi untuk tahun depan kami berencana untuk beli kemasan di awal atau cetak kemasan sendiri.

Kemasan dus bervariasi harga dan motifnya, baiknya siapkan budget tersendiri
7. Ongkos kirim
Nah, ini juga penting. Tentukan dari awal apakah biaya kirim sudah termasuk harga produk atau belum. Kalau saya, ongkir diluar harga produk dan dibebankan ke masing-masing konsumen.

8. Packing yang bagus
Kue sudah siap, kemasan sudah cantik. Tapi kalau kemasan pengirimannya kurang bagus, apalagi dikirim pake ojek dan bukan mobil, akan riskan jadinya. Kemarin sempet kirim dari Cibinong ke Cibubur menggunakan ojek yang kardus kuenya (8 toples dimasukkan dalam kardus) hanya diikat sekali saja menggunakan karet ban (yes, karet ban), alhasil 4 dari 8 toples kue isinya remuk redam. 😂 Kami sekeluarga sih curiga kalau kardusnya jatuh karena ikatannya ga kuat. Jadi... padatkan isi kue dalam toples hingga tidak ada ruang gerak lagi, ikat kardus dengan baik dan erat ke motor supaya tidak mudah goyang/jatuh, pilih rute yang aman dan jalan yang rata atau minim guncangan. Atau negosiasikan dengan konsumen untuk memilih moda pengiriman yang lebih aman. Kue kering ini jenis kue yang rapuh, untuk itu kami tidak menyarankan pengiriman via ekspedisi.
Khawatir kue rusak karena getaran motor, akhirnya diputuskan kue disangkutkan di bahu
9. Daya tahan kue
Mengenai hal ini, kue kering sebenarnya punya daya tahan yang cukup lama. Bisa berbulan-bulan asal pengerjaannya rapih, bersih, dipanggang dengan api kecil hingga kue benar-benar kering dan terakhir ditempatkan dalam toples bila sudah benar-benar dingin. Tapi untuk menghambat tumbuhnya jamur, bisa dengan meletakkan silica gel untuk menyerap kelembaban. Silica gelnya yang untuk makanan ya, bukan yang untuk sepatu loh...

Sekian tips yang dapat kami sampaikan berdasarkan pengalaman singkat kami. Semoga berguna ya!


 

tungku kecil Template by Ipietoon Cute Blog Design